5
W 1 H rumus dunia tulis menulis yang aku dapat dari pelatihan FLP Ciputat tahun
lalu. Who, what, where, when, why dan how sebuah senjata penulis dalam
mengembangkan ide cerita. Semua orang memiliki cerita, merasakan sebuah kondisi
suka, duka dan atau suka duka secara bersamaan.
Ketika
5 W 1 H ini diajukan pada kita mudahkah kita menjawabnya? Siapa kita? Apa yg
sudah kita lakukan untuk orang lain? Di mana kita memposisikan diri dalam
lingkungan? Kapan kita harus merespon emosi atau mendiamkannya? Mengapa kita memilih
akhlak-akhlak tertentu? Bagaimana semestinya kita memandang hidup? Menurutku
butuh waktu seumur hidup utk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tadi,
entah menurut orang lain. Kok kesannya horror ya, hidup kok serius amat gitu.
Begini ceritaku.
Jika ada kalimat bijak, “Jadilah seperti air yang mengalir begitu saja.”
Sepertinya aku memahaminya belakangan ini, setelah taubat memandang hidup dgn
standar sendiri beserta ego yang begitu tinggi. Meski taubat jangan pernah
menebak egoku menyusut ya, itu tak kan pernah terjadi, sodara sodari! Level
taubat kan bermacam; ada tomat (taubat maksiat) hingga toha (tobat nasuha,
denger-denger sih yg ini sebenar-benarnya taubat). Aku level tomat tadi, mungkin.
Kembali
ke air tadi, betapa banyak sisi positif dr unsur alam tsb. Air bertugas
menghijaukan bumi, melenyapkan dahaga dr tenggorokan, menyegarkan tubuh,
mendominasi unsur tubuh. Ini analisa dangkalku, coba ya aku memakai teori insya
Allah mungkin lebih keren lagi analisanya. Namun sifat air sangat
plegmatis, ia mengikuti aliran yg rendah, tidak pernah melawan arus.
Beberapa
hari lalu sahabatku, Nura, mengajakku untuk memenuhi panggilan rindu yang
bertalu-talu. Kangen PAZKI, sebuah yayasan non
profit yang menumbuhkembangkan kepedulian sbg nyawa yang menggerakkan hidup
matinya tempat kongkow anak-anak jalanan.
Dari awal aku memang tidak memiliki ide untuk membagi apa-apa pada mereka. Yep tadinya pikiran bawah sadarku menganggap aku belum mahir menghadapi mereka. Aku suka bocah tapi kalau utk menggendong lalu mencium-ciumnya gitu sepertinya aku lebih memilih mengendarai Vablu (nama motorku) berkilo-kilo. Meski anaknya Ricard Gere pun lewat di depanku (aku jatuh cinta pd actor romantic tsb) aku jamin nggak bakal aku sentuh sedikit pun. Iya bocah telah dicipta dr sononya sepaket dgn kerewelan dan kedekilannya.
Dari awal aku memang tidak memiliki ide untuk membagi apa-apa pada mereka. Yep tadinya pikiran bawah sadarku menganggap aku belum mahir menghadapi mereka. Aku suka bocah tapi kalau utk menggendong lalu mencium-ciumnya gitu sepertinya aku lebih memilih mengendarai Vablu (nama motorku) berkilo-kilo. Meski anaknya Ricard Gere pun lewat di depanku (aku jatuh cinta pd actor romantic tsb) aku jamin nggak bakal aku sentuh sedikit pun. Iya bocah telah dicipta dr sononya sepaket dgn kerewelan dan kedekilannya.
Anak
jalanan. Terhadap istilah ini ada yg menganggapnya negatif, lebih-lebih aku.
Begini pembelaan akal-akalanku. Mereka adalah sekumpulan pemuda-pemudi yg
dikecewakan hidup, belum lg emosi yg acak-adul, bau bangkai naga dan
persoalan-persoalan psikologis lainnya. ‘Af
nyerah deh aku.
Namun
senja itu sungguh sangat luar biasa, serasa aku di surga diiringi nada-nada
kedalaman hati dan jiwa yg mengemuka. Aku tak perlu ber-ice breaking ria utk gabung ke kerumunan mereka, kami menyanyi dgn
girangnya, tak ketinggalan pula gerakan jogetku yg tak jelas arahnya. Mereka
pandai sekali menghibur diri dan orang lain. Anak-anak jalanan yg kata Nabi
Musa ada Allah dlm hati mereka tapi rupanya aku-lah yg mencuri kedamaian dan
ketenangan dr mereka, utk menenangkan hatiku yg khawatir pd masa depan dan trauma
pd masa lalu. Seniman seperti mereka lebih mudah membaur dgn siapa saja,
termasuk aku ini.
Aku
membacakan mereka dongeng ttg setan vs Abu Hurairah, lengkap dgn mimic,
intonasi dan gesture yg kupelajari dr guru pikirku, om Bagus. Azan
berkumandang, salat ditegakkan. Setelah itu kami mengaji lalu menyanyi dan
joget sembari menunggu makan malam. Kami pamit pulang, tadinya aku nggak begitu
rindu tapi mengapa dgn sendirinya kerinduan pd mereka terobati?
Kami membahas pak Siswandi, manusia separo dewa. Lelaki pengiba, lelaki yg menggunakan hati ketika berkomunikasi dgn siapa saja. Melalui media hati itulah pak Sis mudah sekali membaur dgn siapa pun. Bagi adik-adik PAZKI, pak Sis adalah segalanya. Namun pak Sis wafat dgn sangat tiba-tiba. Aku termasuk orang yg kehilangan beliau. Pak Sis wafat dgn mewariskan cita-cita mulia serta 2 hektar tanah yg siap utk memfasilitasi adik-adik PAZKI.
Kami membahas pak Siswandi, manusia separo dewa. Lelaki pengiba, lelaki yg menggunakan hati ketika berkomunikasi dgn siapa saja. Melalui media hati itulah pak Sis mudah sekali membaur dgn siapa pun. Bagi adik-adik PAZKI, pak Sis adalah segalanya. Namun pak Sis wafat dgn sangat tiba-tiba. Aku termasuk orang yg kehilangan beliau. Pak Sis wafat dgn mewariskan cita-cita mulia serta 2 hektar tanah yg siap utk memfasilitasi adik-adik PAZKI.
Sebelum
pulang kami doa bersama, melangitkan harapan kami ke depannya. Doa berbahasa
Indonesia yg dimunajatkan salah satu didikan PAZKI, hah betapa syahdunya.
Seolah Nabi Musa hadir di tengah-tengah kami utk mengamini. Otomatis air
meleleh dr mataku, mulai saat itu aku sadar dan membatin, “Ndak mungkin air
mengalir dr mata perempuan yg di hatinya tidak jatuh cinta pd anak-anak, aku
hanya Cuma belum mahir menghadapi mereka. Mungkin.”
Sekarang
aku duduk di kursi hitam, direktur utama tempat aku bekerja eh belajar
menduduki kursi yg sama, mejanya tepat di depanku. Iya peranku saat ini menjabat sbg manager operasional biro perjalanan
haji dan umrah, aku yg belum pernah sekali pun mengandalkan ijazah utk mencari
pekerjaan. Ijazah yg mendekam 2 tahun setelah pemindahan kuncir oleh Rektor pd
hari keramat wisuda 2010 lalu.
Aku
sudah mengikuti rapat dgn direktur utama yg sudah melanglang buana di belahan
dunia dan direktur marketing yg menimba ilmu di negeri Kangguru. Mereka begitu
ramah dan mengingatkan posisiku di sini hanya sekedar judul utk memudahkan
org-org yg akan kutemui nantinya. Kakak
laki-lakiku jg menasehatiku kalau aku bukan orang kantoran yg mengantongi
semilyar pengalaman kerja. Jadi beliau mengganti istilah kerja dgn belajar. Iya
belajar, belajar, belajar. Apa itu belajar. Ah entah ujungnya ke mana peranku
saat ini, yg penting belajar.
“Mbak,
insya Allah kamu lebih ngetop dr Chairil Tanjung. Kamu orangnya polos, baik
hati dan jujur.” Ujar laki-laki sekantor bagian dokumentasi, laki-laki yg
menikah dua kali, laki-laki yg hobi menceritakan prestasi-prestasi gemilang
semasa ia sekolah dulu, laki-laki yg ketika bicara lupa menyertakan titik
komanya, laki-laki yg mendefinisikan cantik ketika ia nyaman dan sering
mengajak bicara si pemilik ‘cantik' tsb. Aku merasa cantik, ia sering
mengajakku bicara soalnya.
Hidup
menurutku aneh. Bagaimana tidak? Aku orang yg petakilan, pecicilan. Kupikir
keinginan yg kutata dgn rapih akan mewujud begitu saja, aku merasa melakukan
ini dan itu pasti hasilnya ini dan itu jg, rupanya hasilnya malah anu. Aku
menduga anak jalanan adalah sekumpulan makhluk tak berpendidikan namun rupanya
mereka lebih pandai mengatur hidup ini dgn irama dan nada yg mereka ciptakan. Aku
tidak kenal siapa Chairil Tanjung tapi aku dilebihkan dr beliau, yg melebihkan
org yg baru kukenal pula dan entah sampai saat ini aku belum memutuskan utk
menganggapnya ngaco apa betul-betul mendoakanku ngetop nantinya.
Aku
benar-benar belum memahami hidup dgn utuh. Pak Sis dgn segala harapan mulianya
pun dgn tiba-tiba diputus sm Allah utk berhenti menjadi wakil-Nya padahal
menurutku betapa adik-adik PAZKI sangat membutuhkan belaian kasih sayangnya.
“Kalau hal baik pun tidak abadi, apalagi hal yg buruk?” Aku mau gila memikirkan
semua ini. Jadi apa sebetulnya yg penting di dunia ini? Berjalan saja,
sewajarnya. Belajar mensahabatkan diri dgn kedalaman batin sendiri, dgn
lingkungan, dgn alam. Selalu menjaga komunikasi yg baik dgn Tuhan. Apapun yg
kita pikirkan, niatkan, lakukan semoga hanya DIA yg menjadi tujuan akhir dan
ridha-Nya saja yg kita harapkan. Cuma DIA. Insya Allah sih yaa :)
teruslah menulis, menulis sebagai terapi emosi, kontempalasi dan berbagi ilmu tentunya. Salut tuk titin.
BalasHapusAkhirnya kau buat juga blog. Inilah maksudku setelah sempat kusarankan.padamu 'ayo, bikin blog n menulislah."
BalasHapusMaksudku, jangan biarkan percikan hikmah yang kamu telurkan hanya mengendap tak teridentifikasi ke depannya. Tetap semangat dan aku gak punya lagi kata-kata untuk merespon cara pintarmu menghadapi hidup. Aku cuma mau bilang, kamu makin keren ;)
lina dan lanny, dua sahabat cerdasku. thanks, dears.. i love both of you :))
BalasHapus