Kamis, 13 September 2012

Ilmu, Ilmuan

"Wahai, Allah, kenapa Anda cipta manusia yg memiliki hobi menumpahkan darah dan membuat kerusakan di bumi sebagai wakil Anda?" Sekumpulan makhluk paling taat itu mengajukan banding pd Pencipta mereka. Mulanya dgn penuh percaya diri mereka mengaku-aku sbg makhluk yg tak henti-hentinya mensucikan Allahnya. Mereka pikir Allah sudah cukup senang dgn pengagungan mereka.

"Aku Maha Mengetahui apa yg kalian herankan." Jawab dzat yg diseru Allah. Lalu Allah mulai beraksi, mengkreasi dan memperbarui makhluk junior yg tidak hanya membuat malaikat-malaikat bertanya-tanya. Namun sekelompok pendengki juga merasa terancam tahtanya.

"Hei makhluk-Ku yg dr awal penciptaan Kukehendaki taat. Tolong sebutkan nama-nama dr keseluruhan benda yg Aku tunjuk ini." Yg diperintah geleng-geleng kepala sbg tanda mereka bukan siapa-siapa jika bukan jatah ketaatannya. Allah menyuruh mereka bertasbih, rukuk, sujud dlsb. Mereka layaknya memori card yg hanya diisi program-program sesuai selera pemiliknya.

.....

Di kesempatan berbeda, makhluk pengiri dan tinggi hati mulai kasak-kusuk memikirkan kalimat apa yg hendak mereka ajukan kpd Allah atas perintah-Nya yg tak masuk diakal. "Kok bisa sih, Allah. Kami ini seniooorrr. Mana mungkin sujud begitu saja pd pendatang baru. Heylow!!! Yg benar saja. Anda buat dia dr tanah hitam menjijikkan, sedang kami? Api. Please deh, Allah, perintahkan kami apa saja yg penting jangan sujud padanya."

.....

Dia yg disebut-sebut sbg Junior kebingungan. Gerangan apa yg ada dlm dirinya sampai-sampai dua jenis makhluk yg mendahuluinya tinggal di surga meributkan kedatangannya. Pikirnya, ia hanya sesosok makhluk yg dititahkan Allah utk menguasai nama-nama dr keseluruhan keberadaan di lingkungannya. Apa itu suatu keistimewaan yg perlu diributkan? "Ah utk apa membuang pikiran mencari jawaban. Toh kalau pun ia dapat menjawab apa yg tak terlintas di relung makhluk taat, itu pemberian. Dr Allah. Lalu apa yg pantas utk disombongkan?" Lebih baik ia mereka-reka kebutuhan mendesaknya, seperti apa kira-kira makhluk yg hendak meramaikan kesunyian dan kehampaan hidupnya.

.....

Mas, pokoknya aku nggak mau tahu! Kita harus menikmati buah tersebut! Aku ngidam, mas. Kamu nggak sudi toh kalau putra kita  berpenyakit mental karena aku nggak bisa tidur nyenyak gara-gara ngiler buah yg selalu melambai di alam rasa dan pikirku itu? Siapa yg nggak pengen abadi ketika berhasil menikmati buah itu, mas? Ayo, maaaaasss." Rupanya makhluk cantik nan manja inilah yg menjadi kelemahan makhluk yg dr awal penciptaanya membuat heboh penduduk surga.

.....

"Allaaaaaah... Hiks, hiks. Kami pandai sekali menzalimi diri sendiri. Jika Engkau tak mengampuni kami niscaya kami benar-benar orang yg merugi." Deretan kalimat indah ini Allah ajarkan pd mereka berdua. Sbg renungan atas pelanggaran perintah Allah utk menikmati keseluruhan apa yg ada di surga kecuali buah abadi, mereka diceraikan talak tiga oleh Allah dr rumah nikmat yg menjadi tempat tinggalnya. Lalu diturunkanlah mereka di tempat asing yg penuh dgn penderitaan, kesunyian, kehampaan. Tempat yg sama sekali berbeda sewaktu pertama kali mereka saling menggoda.

.....

Detik berganti menit, menit ditikam jam, jam ditipu hari, hari dipecundangi pekan, pekan diperolok-olok bulan, bulan dijadikan bulan-bulanan oleh tahun. Begitu seterusnya. Hingga ia sanggup menghitung waktu tragedi perpisahan dr kecintaanya. Tiba-tiba kesengsaraan membuatnya memiliki kecemerlangan jawaban atas peran yg dilakoninya. Setiap harinya ia selalu meluangkan waktu utk memikirkan cara supaya ia menemukan istrinya lalu kembali ke negeri asalnya, surga. Ia hanya imigran di tempat sesak dgn keterasingan yg meluluhkan hati dan melantakkan jiwanya ini.

.....

Seiring berlarinya waktu, tak dapat dipungkiri ia memiliki kejernihan berpikir. Ia masih mengingat saat-saat kemesraan bersama Allah sewaktu Allah sendiri yg mengajari ilmu ini dan itu, pengetahuan anu dst. Dan ia seolah menemukan ketentraman batin yg luar biasa, rupanya sebab potensi keilmuannya itulah yg membuat malaikat-malaikat sudi bersujud pdnya. "Aha! Aku punya ide! Makhluk terdekat-Nya saja, yg hanya diperintah utk taat, merendah oleh potensi keilmuan yg Allah pernah kalamkan pdku. Artinya, aku harus membuat hatiku berpikir utk tunduk pd kehendak Allah, mencari jalan pulang kepada-Nya, tempat asalku."

Kegirangannya tidak bertahan lama. Ia ingat makhluk sensitif yg enggan mensujudinya. Mahkluk ini pula dulu yg berujud ular dan merayu ia dan istrinya utk menikmati buah terlarang. Makhluk yg menjadi sarana petaka atas ia dan istrinya. Tiba-tiba ia ingat istilah 'naar' dan 'nuur'. Dua istilah yg berakar sama, sama-sama berpendar namun berbeda fungsi. Satunya membakar, lainnya menerangi. Nuur (cahaya) adalah cikal bakal penciptaan Malaikat, Naar (api) bahan dasar Iblis (dr golongan Jin).

Tidak ada yg bisa ia lakukan. Kecuali selalu menambah ilmu pengetahuan yg telah Allah tebarkan di tempat asing, tempat kini ia berada. Ia sewajarnya waspada dr bisikan atau rayuan makhluk naar supaya menjauh dr kefitrahan. Ia paham betul tujuan penciptaannya. Utk menebar kasih sayang, cinta, maaf dan kemenangan yg menghantar menuju negeri asal. Tempat sekarang berpijak hanya sekedar lintasan yg sarat dgn tipuan dan hinaan. Adapun dosa masa lalunya adalah sbg pelajaran bahwa atas pelanggaran dan kejahatan ia lah pelakunya. Bukan iblis atau setan yg memiliki kuasa atas semuanya kecuali makhluk pilihan berhias keikhlasan.

.....

600 tahun kemudian, Allah mempertemukan ia dan istrinya di Jabal Rahmah, tanah yg sangat tandus. Tanah kerontang itu tak mampu merusak suasana mesra pertemuan dua insan yg terpisah ruang dan waktu itu. "Anak-anakku, hendaklah kalian selalu memelihara ketauhidan kalian atas Allah. Jangan sekali-sekali tandingkan Dia dgn sesuatupun. Dgn patah hati kalian, dgn kekayaan kalian, dgn Androit kalian, dgn BB kalian apalagi dgn gebetan yg belum tentu memberatkan amal mulia kalian." Kelak pesan ini ia sampaikan pd anak cucunya jelang kemangkatannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar