Rabu, 19 September 2012

Laki-laki


Perempuan yg dituduh muda, seorang sarjana Theologi, yg belum beruntung di banding teman-teman sebayanya itu, telah berada di ambang area bernama putus asa. Teman-temannya yg lulus 4 tahun lalu, kini memiliki keluarga kecil bahagia, suami yg siap siaga, putra-putri yg lucu-lucu, rumah minimalis yg menambah kebahagian mereka.

Sekilas ia perempuan supel yg dikenal banyak kalangan. Dr ABG, remaja, dewasa dan orang tua. Ia pandai basa-basi bahkan pd kenalan baru. Senyum tak pernah lepas dr bibirnya. Caranya bicara tegas dan lantang. Setidaknya ia calon macan podium, setiap ia bicara mudah mendapat perhatian dr lawannya. Ia pandai memetakkan persoalan orang lain tapi tidak dgn masalahnya sendiri.

Jelas-jelas ia bukan perempuan cantik, baru-baru memakai gincu dan perona pipi, caranya berjalan masih mengesankan perempuan merdeka (perempuan cuek kelas kakap), gaya ia berbusana pun tak semenarik perempuan-perempuan jaman sekarang. Laki-laki. Datang silih berganti dlm kehidupannya. Seolah Tuhan telah persiapkan deretan nama laki-laki utk mengetuk daun hatinya yg tak berpintu. Hanya makhluk jenis kelamin laki-laki yg Tuhan utus utk memporak-porandakan (meminjam istilahnya) hidupnya. Lajang maupun yg telah berpredikat menjadi suami.

Ia pernah sangat membenci matahari dan mencintai malam sangat dalam. Ia sempat tak peduli dgn kembang-kembang di taman yg sekarang tanahnya menjadi Kakus umum Kucing tetangga. Lele goreng yg dulu ia gemari seolah berubah ular yg siap melilit lidahnya utk hilang fungsi sbg indra pengecap rasa. Ia tak enak makan dan minum. Mungkin di luar sana ia adalah seseorang yg didengarkan, mungkin. Tp tidak saat ia datang padaku dgn setumpuk persoalan. Perempuan ini bernama Sri.

“Niki kalih mbak Sri nggih? Kulo garwonipun mas A. Mbak Sri, Kulo seh mboten nopo-nopo mas A sms-an kalih njenengan. Tapi, mbak, mas A marah-marah kalau sy sms-an dgn teman laki-laki sy padahal itu teman dr kecil. Ampun sanjang mas A nggih, mbak, nek kulo sms njenengan.” Pesan singkat dr istri mas A, istri yg mengadu pd Sri jika ia membaca keakraban suaminya dgn Sri.

“Aku keberatan kalau suamiku menelpon mbak. Itu menyakitiku. Tolong lain waktu jangan angkat telpon dr suamiku, mbak.” Kutipan kalimat seorang istri muda yg menganggap mbak Sri duri dlm pernikahannya. Suaminya memang sempat berniat membelikan BB utk Sri tp ia menolaknya.

Sri begitu fasih menceritakan pdku. Setidaknya ada 3 istri yg diyakinkannya, bahwa pernikahan mereka benar-benar aman. Ia menenangkan mereka bahwa ia bukan ancaman. Ia tahu ia bukan perempuan suci tapi ia sanggup berjanji utk menjadi peri mereka. Perselingkuhan terjadi jika kedua belah pihak mau utk berkhianat. Tidak dgn Sri, ia berhasil mengendalikan diri. “Tuhan ini ada-ada saja ya, aku harus menghibur istri-istri dr para lelaki yg asik tukar pikiran dgnku.” Ucapnya dgn mimik getir.

Singkat cerita, ada jg laki-laki lajang yg mendatanginya. Mengirimi sajak, sms-sms erotik dan tawaran-tawaran terselubung. Menurut pengakuannya, ia belum bernafsu terhadap mereka. Sempat jg ia melirik laki-laki tp layu sebelum berkembang. Ia terlihat jujur mencurahkan hatinya, tapi siapa yg tahu kedalaman hatinya. Hingga suatu hari ada laki-laki yg ia kasihi. Mereka berpacaran selama 6 bulan. Laki-laki sopan, berambut keriting, berkulit kuning langsat. Laki-laki yg tidak memilihnya utk menjadi ibu dr putra-putrinya. Ia koleps. Lalu ia memutuskan utk masuk ke sekolah motifasi meski saat bersamaan ia harus menyelesaikan skripsi. Dua tahun kemudian ia baru bisa jatuh hati lg dgn  laki-laki seksi; humoris dan cerdas. Kenalannya di jejaring sosial. Laki-laki yg ditelitinya selama satu setengah tahun, dua bulan terakhir mereka akrab sekali, sempat membicarakan pernikahan.

Lagi-lagi ia jatuh di lubang yg sama. Laki-laki seksi tak bisa melanjutkan hubungan mereka. sampai di kisah ini Sri terdiam sebentar, kakinya bergetar, nafasnya mendengus kencang. Segaris air hangat meleleh dr kedua matanya, ia butuh tempat mengamuk sepertinya.

“Aku sempat ingin mengirimkan virus di computer/BB nya, supaya ia tidak bisa bergaul dgn teman-teman di jejaring sosialnya. Aku ingin membocorkan ban motornya, agar ia tak bisa ke mana-mana.” Sri hilang kendali, namun suaranya melemah, selemah keinginannya utk menyakiti laki-laki seksinya. Aku sempat satu ruang dan waktu dgn laki-laki itu. Mereka cenderung sama, sama-sama metal, renyah ketawa tak ada beda, sama-sama hobi kelayapan.

“Aku kecewa sm Tuhan. Permusuhanku dgn-Nya yg lama terpendam seolah muncul kembali. Mudah saja, kan, Dia melunakkan hati mas seksi utk menerima kekuranganku. Ah Tuhan! Aku tak pernah sanggup memahami jalan pikiran-Nya.” Sri kalap mengatakan ini semua, persis di film-film laga ia menembakkan senapan yg penuh dgn isi pd musuh bebuyutannya.

Sri tak peduli lg dgn lailatul qadar, malam seribu bulan. Ia telah dikhianati waktu dan tempat terbaik saat-saat melantunkan doa dulu, sewaktu ia meminta mas seksi pd Tuhan, di tempat yg terdapat energi paling besar, Ka’bah. Lalu ia mencari jawaban dr takdir, ia baca buku ulama kenamaan. di sana ia jumpai ayat, “Tuhan memberi kebebasan pilihan utk manusia, apakah ia akan taat atau durhaka.” Detik itu jg ia dapat menerima keputusan laki-laki seksi. Ia akan melebihi Tuhan jika ia memaksakan kehendak pd laki-laki itu.

Begitulah. Sri merubah orientasi. Ia berniat ke luar negeri. Setidaknya ia ingin ke lima Negara. Mengunjungi sesama murid Nur (Risal–E Nur institute) di Filipina dan Amerika, ke laut mati dan ia ingin meminum dua belas mata air Musa di Jordania, ke Thursina Mesir dan Turki kota Ashabul Kahfi. Ia seolah menjadi Hemingway, yg berkeliling dunia. Ah impian! Pikirnya ia akan menjumpai Tuhan dgn segala misteri-Nya di Negara-negara tsb.

Saat-saat penantian keputusan, Tuhan kirimkan laki-laki kalem, baik, hobi senyum dan perhatian. Nurani Sri melemah. Ia hanya menyambut baik ajakan mas kalem ketika ingin bertemu, meski ia tak tahu dgn jelas tujuan dan maksud kedatangan laki-laki itu. Keakraban berlangsung selama tiga bulan hingga suatu malam,

“Terus terang, aku memang saat ini punya hub khusus dgn seorang cewek. Prosesnya memang begitu cepat, aku seolah-olah hanyut dalam arus, tapi aku menikmatinya. Kayaknya aku telah capek, menunggu sinyal penerimaan drmu :) “

Pesan di atas ia terima saat ia mulai merindu mas kalem, dua pekan setelah email ketidaklulusannya ke luar negeri. Laut kehilangan ketenangannya, goncangan ombak beralih ke jiwa Sri, bertubi-tubi. Rupanya ia berhadapan dgn laki-laki penganalisa hidupnya, laki-laki yg memutuskan sesuatu dgn filing. Sri lupa cara menangis. Ia alihkan kesedihannya utk melayani perempuan yg membutuhkannya malam itu juga. Ia menjadi pendengar sahabat yg dikasihinya, rumah tangga sahabatnya itu sedang dilanda kabut. Mereka bercengkrama hingga pukul 02.00 dini hari. Tiba-tiba di ponselnya ada pesan dr perempuan lain, sahabat patah hatinya, sudah lama tak tercipta keakraban di antara mereka,

“Aslm. Mba, apa kabar? Malam… hening… dan tiba-tiba, aq ingat pdmu. Dgn segala keterbatasan kita memahami Allah, semoga iman selalu menjadi sandaran. Mba, aq sayang sekali pdmu. Aq ingin mba baik, mba bahagia. Ya Allah, sayangi mbaku, di kala rasa sayangku tak mampu merengkuhnya dlm dekapan nyata…”
                                                                                                                                                                                                                         Bogor….18 Sep’2012

Sri membacakan pesan di atas pdku, dgn lelehan air di matanya. Kadang aku ikutan heran Allah. Sri bukan bunda Hajar yg memiliki kesabaran penghuni surga. Ia sama sekali bukan ummul mukminin Khadijah yg kaya raya berkat usaha dagangnya, juga bukan Fatimah yg sedia teriak lantang di hadapan kafir Quraisy sebab membela ayah tercinta yg dilempari kotoran unta.

Sri hanya perempuan biasa, berdagangnya pun cuma cukup utk biaya bensin dan perutnya. Meski baru-baru ini dunia heboh dgn film ttg Nabi Muhammad garapan produser film porno serta menewaskan empat SDM terbaik Amerika, aku berani taruhan Sri akan diam, toh Rasulullah sudah mulia dr awal penciptaannya. Iya, aku berani menyimpulkan demikian sebab Sri pernah menyampaikan pemahaman yg hadir begitu saja atas persoalan-persoalan. Ia paham istri yg memaafkan suaminya setelah ia berselingkuh dgn wanita lain. Ia sedikit memahami isi doa Nabi Isa yg menyerahkan keputusan kpd Allah atas sikap orang kafir yg berlebihan. "Kalau toh Allah mengampuni mereka wajar Allah Maha Pengampun. Namun jika Allah memurkai, mereka hendak mencari perlindungan ke mana?" Betapa pengibanya Nabi Isa, tidak lantas mengkafir-kafirkan lalu membakar dan membunuh mereka. Iya, Sri dapat memahami kelembutan hati orang-orang suci yg pernah disapa Allah.

Tak jelas lagi kepentingan dan keinginan Sri. Benar salah menjadi begitu relatif. Ia hanya mencari harapan dalam kegalauan, agar hidupnya diperjalankan selayaknya tugas kefitrahan. Berthawaf mengelilingi satu pusaran, Tuhan. Ah Sri tetap Sri, yg belum memahami jiwanya sendiri. Semoga ia menjumpai laki-laki kiriman Ilahi, segera.

“Kejujuran mas kalem malam itu benar-benar menusuk jiwaku. Ia pergi bergegas menyisakan tsunami di hatiku.” Ucap Sri dgn nada penuh penyesalan. Iya, kepergian laki-laki itu membawanya kembali ke labirin kehampaan. Perempuan sepertinya akan cepat menerima nasehat dr kehidupan karena hidupnya lebih keras dr kehidupan.

Pamulang, 19 September 12.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar