Kamis, 22 November 2012

Aku dan Dua Perempuan Hebat

Aku mulai dari mana ya, agak bingung sih meski kepalaku berisik mirip ibu-ibu sedang menggosip. Um ini soal penyelidikan dgn metode klasik; diam-diam. Diam-diam mengamati, diam-diam membaca, diam-diam memberi penilaian. Yuhuuu aku berbakat menjadi detektif rupanya.

Laki-laki. Makhluk paling seksi inilah yg menyadarkan kesaktian intuisiku, tentu setelah mereka meninggalkanku. Yipi yipi... Mulanya aku jatuh cinta pada seseorang, sempat direspon, sempat membahas pula apa yg hendak kami lakukan setelah pernikahan. Kandas di pinggir jurang (ya) tidak hanya jalan. Hari-hari kuisi dgn perasaan tidak menentu, tiba-tiba menangis tanpa alasan sejurus kemudian tersenyum tidak karuan.

Mas yg kujatuh (cin)tai itu bisa tertarik lagi dgn perempuan. Awalnya aku ingin mengkrimbati rambut si mas sambil aku jambak gitu deh, jika perlu aku pangkas rambutnya sampai botak biar perempuan yg ia taksir eneg. Ya kriminalitas pikiran dan itu lebih berbahaya drpd penjahat betulan. Tapi aku tidak melakukannya, kawan, mana mungkin... Cintaku padanya memadamkan kecemburuanku, selalu begitu. Ujungnya aku menjadi tidak berkelamin, perempuan bukan, lelaki bukan, banci? Eh apalagi. Akhirnya aku terbiasa dgn sikapnya yg terus terang naksir itu perempuan.

Perhatian terus kugencarkan, tentu dgn usahaku melempar rayuan-rayuan tak bermutu dan kaku. Respon tidak berbanding lurus, sodara. Pintu hatinya tertutup sudah utkku. Sempat terpikir olehku, aku, ya aku menguntit dokter kenamaan yg ahli menyuntik mati pasien lalu aku mencuri resep obat tsb utk kusuntikkan di lengan kananku. Mati dgn mudah & tidak menyusahkan banyak orang. Lagi-lagi aku mengurungkannya, entah sebab faktor apa.

Rengekanku tidak mempan. Aku penasaran tingkat tinggi perempuan macam apa yg membuatnya begitu jatuh cinta. Untungnya Allah Baik mengirimkan mimpi, dlm mimpi aku melihat sosok perempuan berjilbab lebar dibonceng mas itu. Anehnya si mas mengendarai Varioku dan mbaknya menoleh ke belakang, aku lupa-lupa ingat ia melihatku atau itu simbol ia mengingat masa lalunya.

Pencarian identitas si mbak kulanjutkan. O iya jgn harap aku membagi trik jitu penyelidikanku di sini ya, di samping malu jg akan melanggar kode etik penghormatan terhadap citra diriku. Segitunya aku mencintai mas itu sampai aku rela membunuh keakuanku. Jgn jg mengimajikan aku melakukan hal-hal yg tidak terhormat, tidak. Bahkan aku tidak menjadi teman mbak itu di jejaring sosial manapun.

Perempuan berkarakter kuat. Penuh visi misi, begitu spiritualis, penggila ilmu, jiwa dinamisnya mampu bersahabat baik dgn waktu, jiwa sosialis tinggi, dedikasi kemanfaatan pd lingkungan yg penuh harmoni, selalu menatap ke depan, rapuh tapi tidak ia biarkan menghancurkan cita-cita yg dipilihnya dgn hati, bakti pd orang tua yg sungguh luar biasa, sayang pd sesama yg sedemikian kasihnya. Sungguh ia benar-benar perempuan yg dapat berkomunikasi dgn baik kpd dirinya sendiri maupun lingkungannya. Hampir tidak kutemui kecacatan. Dgn diam-diam pula aku pengagum rahasianya.

Wajar kalau mas itu tak menyisakan perempuan manapun di ruang hatinya selain mbak setengah dewi tsb, including me. Hah hah hah, aku tahu borokku, citra diri yg kuperankan saat ini sangaaat jauh dari karakter mbak setengah dewi tsb. Setauku, ya aku tukang ngamuk-ngamuk. Akhirnya aku sedikit rela jika mbak setengah dewi itu yg akan merawat mas yg kutaksir, ia berada di tangan yg tepat pikirku. Eh alam mengabarkan mereka putus. Mas itu sedang limbung-limbungnya sekarang. Entahlah Allah memang begitu, kebijakan-Nya menyebalkan pd awalnya, nanti lama-lama manusia akan paham sendiri dgn keputusan-Nya.

Laki-laki kedua didatangkan Allah dlm hidupku, sekitar Mei akhir 2012. Ia menemaniku hingga pertengahan September. Saat aku hendak mengiyakan hubungan kami ke jenjang yg lebih serius eh ia lelah menunggu sinyal penerimaan dariku katanya. Sepekan sebelum ia bilang telah tertebak olehku ada 'perempuan lain' yg menjadi fokusnya. Benar saja aku tak perlu ilmu cenayang utk menguatkan intuisiku ini.

'Perempuan lain' ini menawarkan pertemanan pdku, kukonfirm. Suatu hari aku komentar pd status di akun jejaring sosialnya yg sangat menarik perhatianku. Ia inbox pdku, bertanya perihal hubunganku dgn lelakinya. "Sodara ketemu gede, mbak." Kujawab dgn santai tanpa beban kekhawatiran sedikit pun. Kami menjadi akrab di permukaan, hatiku sih masih ngiri dgn kecantikan wajahnya. Tapi alhamdulillah iri itu tak sampai mendorongku utk menyiramkan air raksa di wajahnya.

'Perempuan lain' dgn wajah aduhai, tidak hanya berhenti di situ. Karir pekerjaan yg keren, memiliki jiwa manja yg didambakan laki-laki dan prestasi akademis yg wow dgn koprol tingkat tinggi. Semuda dan sesibuk dia dapat membagi waktu kuliah pasca sarjana di dua kampus yg berbeda. Insya Allah ia akan merawat dgn hati pasangannya kelak. Jgn membandingkan aku dengan 'perempuan lain' ini ya, jauh, jauuuuuh, rek. S1 ia tempuh 3,5 tahun. Aku? 9 tahun, itupun plus tanda tangan di atas kertas berkop UIN Jakarta dgn sasaran perjanjian penyelesaian studi. Judul huruf kapitalnya, 'SURAT MAHASISWA KADALUARSA' eh ampun deh tidak hanya makanan yg basi, manusia macam aku juga.

Satu hal yg membuatku berterima kasih pd diri sendiri setelah apa yg terjadi, iya aku tidak melakukan tindakan hina apapun pada kedua perempuan hebat di atas. Semoga kelak kami (aku, perempuan setengah dewi dan 'perempuan lain') kelak berkumpul di surga lewat jalur pintu ketaatan pd suami kami masing-masing, amin....


2 komentar:

  1. Hihihihi... memangnya kenapa dua perempuan itu? memang sangat mengganggu yah.haha...
    Rumah tanggamu kelak akan lebih berwarna karena kegilaanmu. laki-laki yang menjadi suamimu adalah manuasia yang bermata hati tajam membaca semesta. Aku yakin itu. :)

    BalasHapus
  2. hei, cik. ak benci kalimatmu! itu membuatku meleleh, heheheh. Makasih keyakinan baikny, smoga Allah ridha ats doa baikmu utkku ini. Love you, ciiik :)

    BalasHapus