Rabu, 21 November 2012

Impian

Menulis adalah caraku berbicara pada Tuhan yg kumulai dari bicara pada diri sendiri. Jika lahir tulisan bisa dibilang hatiku baik-baik saja. Sampai di kata ini aku masih menjemput apa yg mewakili kondisi 'baik-baik' tsb.

Well, tadi malam aku nekad mencumbu angin, tiba di rumah pukul 01.30. Padahal badanku menggejala apa yg diistilahkan pesakitan. Badan panas tapi merasa dingin, pilek disertai batuk berdahak, sakit kepala bagian belakang (yg ini tidak selalu menyerang), kalau sengaja kupikirkan dan kurasakan...dada sedikit sakit. Beberapa jam lalu hujan berbicara pada hatiku, geledek bertalu-talu. Entah Tuhan ingin mengabarkan apa pada bumi, khususnya aku. Lampu padam.

Situasi macam itu pas sekali utk meliarkan pikiran. Ketakutan ada ular besar mampir ke ranjang mengecup kakiku dan meninggalkan racunnya, aku berjalan tak tentu arah lalu menginjak tikus dan aku panik menjerit kesurupan daaan berakhir tragis.

"Seorang (calon) mahasiswi pasca sarjana sebuah perguruan tinggi negeri di Jakarta ditemukan tewas terkapar dalam kondisi mengenaskan. Rambut acak-acakan, kaki memar disertai luka segar yang diduga keras dipatok ular dan mulut ternganga lebar bekas Tikus beranak pinak." Lalu salah satu koran Tangerang Selatan mengambil gambar tempat tinggalku utk diabadikan. Sampai ke sana imaji jahat menuntunku dgn romantisnya.

Aku terselamatkan pesan singkat mbak pertamaku yg akrab kupanggil 'encik' ya mungkin gara-gara teman mainnya dulu kebanyakan dari warga keturunan atau Cina (aku ndak paham mengapa penyebutan Cina dianggap kasar). Tapi aku lebih suka menyantumkan kata Cina, di memoriku terdapat perempuan sipit cantik-cantik, bermobil, tinggal di apartemen/perumahan mahal berlokasi beberapa kilo meter dari tol. Cina, Cina, Cina. Nyatanya Cina memang penguasa, ya di pusat perbelanjaan Tanah Abang ya di pusat elektronik Glodog kota ya perumahan-perumahan elit. Oh Cina, pribumi cukup puas menjadi kacungmu.

"Emak pengen denger suaramu, nduk." Pesan singkat encik Mala, belum kubalas sudah nongol panggilan tak terjawab darinya. "Aku bicara sama Tuhan dulu ya." Pesan balasanku tak kalah singkat.

Salat petang tertegakkan. Kunyalakan teplok (sampai adegan ini lampu masih padam) pemberian emak dulu saat lagi anget-angetnya patah hati, katanya sebagai hadiah supaya aku tak menganggap dunia seluas daun kelor. Hah ada-ada saja emak polosku ini, masak teplok bisa menggantikan kemuliaan patah hati. Heylooow... Bisa nggak sih ngelucunya nggak jayus-jayus bangets!!! Eh barusan aku ngatain emakku ya? Astaga, emak, ampun. Ridha dan murka Allah ada di tangan panjenengan.

"Gi mana kabar masmu? Keuangannya bermasalah katanya ya? Hei ingat usiamu, nduk, ndang cepet nikah aku kepikiran. Eh azan Isya, wes disik yo aku arep jama'ah." Hobi emakku, yang ditelp siapa yang ditanya siapa. Ribut minta ditelp giliran ada kesempatan bicara aku ditinggal demi azan Isya. Dari dulu emakku memang ajaib.

Tak lama setelah itu lampu menyala. Tivi  Satelit aku hidupkan daaan nonton film sambil baca postingan teman-teman di FB. Gus Hamid memosting 'Impian Sejati'. Masya Allah seperti aku dinasehati lagi untuk mempertanyakan impian-impianku selama ini.

Begini. Postingan itu bercerita seorang pemuda mendatangi bijak bestari dlm keadaan galau stadium empat lalu bertanya apakah impian sejati itu? Sang bijak bestari tanpa ba bi bu langsung menyodok pemuda ke kolam. Sialnya pemuda itu tak dapat berenang, setelah kelelahan dan habis nafas sang bijak menyelamatkan si pemuda dan berkata sambil memasang wajah tampan bercahaya, "Nak, impian sejati adalah sepadan dgn kebutuhanmu akan nafas sewaktu kau hampir mati tadi." Mak jleb nasehat bejat berengsek ini eh bijak bestari maksudku.

Ya ya ya aku harus bicara terus sama Tuhan. Semoga DIA mau banget mengawal, menjaga dan tidak menyerahkan keinginanku pd nafsuku sekejap matapun. Penyerahan emmm semacam penjagaan dari Zat yg tidak pernah tidur dan Maha Mendengar kebutuhan hamba-Nya gitu deh.

Ranjang berdarahku sudah melambai, aku harus segera memasrahkan tubuhku pada kenyamanannya. Makasih bagi yg menyempatkan membaca.... Aku baca ayat kursi dan al-Mulk dulu yaa dgn harapan dua surat maut itu menjadi perantara penjagaan Allah terhadap tepatnya salat Subuhku. Waktu menunjukkan pukul 01.00 bo'! Adduh bisa bablas Subuh aike...

*Bahwa dia yg kaya juga harus terlihat bermoral dan baik (eh kaya? Siapa nolaaaaak! Astaghfirullah ini keinginan nafsu apa keinginan-Mu? Jika keinginan-Mu ingatkan aku utk salat taubat dan hajat yaaa)...

2 komentar: