Kamis, 31 Januari 2013

Insya Allah Bisa Mencintai

Kata mbak kesayanganku, "Kalau mendengar kuda meringkik petanda setan berkelebat. Kicauan burung petanda malaikat menebarkan salam dan doa." Dua kali mendengar kicauan burung, pukul 3-an dan beberapa menit lalu, segeralah kutulis kalimat ini sebagai pengingat.

Manusia berthawaf dalam sebuah siklus yang sama sebenarnya. Lahir, berkembang secara fisik dan jiwa hingga tiba pada citra diri kekanak-kanakkan atau dewasa, berpasangan, memiliki keturunan, menua lalu mati. Tentu aku tidak akan menamai teori apa yang kugunakan untuk mengemukakan pendapat itu. Karena memang aku tidak tahu, sekedar mengamati.

Dari semalam aku resah, sepertinya menginginkan menikah (astaga, astaga aku curhat). Mengingat kembali perjalananku dengan laki-laki yang pernah terlibat secara emosi denganku. Lebih dari sepuluh sepertinya. Dari sekian laki-laki itu, membawa pada kesimpulan yang sama; laki-laki sangat berpotensi membelah-belah ruang di hatinya untuk beberapa perempuan. Mereka bisa mencintai perempuan lebih dari satu. Aku bukan pelaku atau korban dari perselingkuhan. Selingkuh terjadi jika kedua belah pihak mengiyakan. Kesimpulan ini kutemukan pada dua laki-laki beristri yang pernah dekat denganku secara emosi (tidak melulu cinta yang ingin memiliki loh ya). Untungnya aku tidak terlarut dalam memainkan hati. Laki-laki cenderung mengikuti logika. Jarang laki-laki yang berhati patah lama. Ketika ia ditolak, penyembuhannya tidak se-lama perempuan. Aku membenarkan pendapat, "Laki-laki jatuh cintanya berkali-kali, namun kualitas perasaannya diragukan. Perempuan jarang jatuh cinta dan sekalinya jatuh cinta kesetiannya melebihi kecintaan pada dirinya sendiri." Memang Sang Mahacinta Menginginkan keseimbangan, dari sana tercipta kebutuhan antara lawan jenis itu.

Pergaulan dengan laki-laki juga mengenalkanku pada bermacam emosi. Cinta, benci, marah, maaf dlsb. Emosi itu menguat menjadi mental. Misal mental malas berawal dari marah (gagal melanjutkan hubungan). Merasa diri tak berguna, hidup sia-sia merupakan lintasan-lintasan emosi selanjutnya. Dan lambat laut mengenalkan pada sumber cinta; Tuhan. Meski aku tidak paham betul bagaimana mencintai Sang Mahacinta tsb. Kita skip dulu cinta yang satu ini.

Mencintai sesungguhnya bukan peran yang mudah. Cinta hanya layak disandang oleh mereka yang siap melayani dan memberikan ketulusan hati pada objek yang dicinta. Menurut guruku, aku tidak memiliki kepercayaan diri untuk mencintai (pada lawan jenis). Iya, aku membenarkan beliau sementara ini. Karena mencintai sama dengan mawas diri untuk selalu bisa memilah mana nafsu mana ketulusan. Dan itu merupakan pekerjaan seumur hidup. Iya cinta dan emosi-emosi lainnya memang membutuhkan pemaknaan dan ketika makna telah menyatu dalam darah semoga Sang Mahakuasa menitipkan kelemahlembutan hati dan kejernihan pikir dalam menjalani perputaran hidup.

Cinta juga rawan keliru dalam mengekspresikannya. Inginnya mencintai objek eh malah mencintai diri sendiri. Misalnya dengan memaksakan kehendak. Pengamatanku ini sampai pada kesimpulan 'Menyamai dan membebaskan objek yang dicintai adalah sebenar-benarnya cinta.' sekali lagi butuh waktu seumur hidup untuk memahami hakikat cinta ini.


Tidak ada pilihan kecuali menyiapkan diri dengan baik, mengikuti norma lingkungan, memahami kehendak Tuhan lewat ajaran para nabi untuk menerima karunia berupa cinta. Karena cinta (sebagaimana pemberian kebaikan lainnya) merupakan hak Tuhan untuk membaginya pada siapa saja yang dikehendakiNya. Tentu hanya Dia Yang Mahatahu hati siapa yang siap menerima karunia-karuniaNya.  Kicauan burung tadi menyertakan doa semoga Allah menyatukan segera dengan pasangan jiwaku. Jika ada yang bertanya soal kesiapan hatiku pasti jawabnya, "Belum siap." Namun kebelum siapan itu akan menemukan jawabannya sendiri sebentar lagi. Insya Allah. Semoga Allah memberi kesempatan dan mempercayakan pada kita semua untuk merawat jiwa pasangan kita, menjadikan pasangan jiwa sebagai sahabat dekat dalam penghambaan padaNya. Dengan jalan keperpasangan ini semoga menjadi media untuk membenarkan tanda-tanda kekuasaanNya. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar