Senin, 17 Desember 2012

Cinta

Entah. Apa yang jelas di dunia ini. Cinta? Apa ada jaminan kalau mencintai akan dapat balasan serupa? Belum tentu. Kalau ada perusahaan asuransi cinta, saya pendaftar pertama. Hati memiliki jalannya sendiri. Jalan, ya jalan. Jalan terabas, jalan angan-angan, jalan buntu, jalan butulan, jalan cepat. Ada banyak jalan, bukan. Pun hati, andai ia memilih jalan setapak, maka ia harus rela melalui dgn berjalan kaki. Jalan amat bergantung dgn cara seseorang memandang, apakah akan ia lalui atau mematung berdiam diri.

Saya orang yg mudah jatuh cinta. Pd senior yg lama tak jumpa lalu memanggil saya dinda, takjub dada saya. Terjadilah komunikasi antara kami, saling tanya kabar, kesibukan lalu memotifasi. Kebaikan. Berhenti di situ. Nduk, panggilan kesukaan saya. Lagi, getaran mengguncang dada. Bagaimana tidak? Pemanggil nduk adalah laki-laki yg pernah mengirim puisi dan 'sempat' membuat hati mekar dgn bunga warna-warni. Dilanjutkan berbagi pemikiran. Tamat. Beliau harus mengurus anak istri. Ide-ide Rumi, saya dikenalkan laki-laki tua yg dipanggil Kiai. Saya jatuh cinta. Ada berjuta cahaya baru tiap berbincang dgnnya. Dicemburui ya saya mengundurkan diri. Usai.

"Titin..."
bla, bla, bla... Dan...
"Your secret admirer."

Pesan singkat dari seseorang. Saya katakan padanya kalau ia alasan saya hidup hari itu. Saya berterima kasih padanya. Sekali dua jatuh cinta dgn hal-hal baik. Beliau sms lagi, mengingatkan subuh, menanyakan saya sedang apa. Andai saja beliau meng-sms gelap begitu dua tahun lalu pasti saya damprat habis-habisan. Seperti yg saya lakukan pd mas-mas yg mengaku bernama Ramadan, asal Jogja dan muallaf. Saya tidak berhasil melacak sosoknya padahal  beliau sempat menyuara lewat udara. Iya saat ini darah saya menua jadi wajib hukumnya utk berkalem ria. Katanya usia se-saya ini orientasinya wewangian surga, nah saya menuju yg katanya itu. Beliau mengaku dan menelpon. Ternyata eh ternyata kenalan semasa saya masih muda dulu. Mencetar membahanalah dunia perteleponan bersama guyonan kami.

"assalamualaikum mba saya kagum dgn mba yang mengisi acara kemarin."

Lagi, dari peserta sharing. Smsnya masih basah, belum saya lenyapkan dari inbox. Jujur, hati saya blingsatan mengetahui fans menambah. Dada membadai. Senang sih. Tapi apa iya saya butuh dikagumi? Repot kalau tidak bisa membalas dan fokus terhadap perhatiannya. Dr smsnya terendus bukan sesuatu yg penting bagi dia, artinya kalau toh saya tidak membalasnya langsung tidak berarti hidupnya berakhir. Sempat merasa bersalah ketika ia membawa-bawa saya mahasiswi Komunikasi kok tidak open minded dlm membalas smsnya. "Wow sibuk ya. ya udah. mmuuacch." Smsnya semalam, pakai acara mmuah segala, mirip ABG. Masa iya saya akan membalas mmuach juga? No no no. Kira-kira berakhir bagaimana ya nanti? Semoga sama-sama baik saja. Amin.

Sungguh. Saya tidak mengerti dgn semua itu. Menyedihkan jika dibanding dgn kisah cinta saya yg satu ini. Kontras sangat. Saya menyukai seseorang nan jauh di sana. Seseorang ini menjadi titik balik saya dalam memandang hidup. Saya menyukai beliau bukan seperti judul-judul cerpen, 'Cintai aku dgn Sederhana' atau judul lagu, 'Cintai Aku Apa Adanya'. Tidak. Sekali lagi tidak. Saya tidak tahu jenis kelamin dari cinta saya pada beliau. Beliau sempat bertanya alasannya dan saya baru-baru ini memikirkannya atas dasar apa. Nggak nemu. Pola pikir beliaukah? Um sepertinya bukan. Begini, tulisan apapun yg terdapat di jejaring sosial belum tentu citra diri asli dari pemilik akun tsb.Boleh jadi semua itu pencitraan. Atau proses perayuan nafsu utk menuju pola pikir yg dibenarkan Tuhan. Atau? Entah. Hati dan akal selalu tidak mudah dibaca. Kalau kebaikan-kebaikan yg terdapat pd seseorang menjadi alasan utk mencintainya, maka akan ada keburukan-keburukannya yg mendorong saya utk membencinya, cepat atau lambat. Cinta tidak ada urusan dgn kekurangan atau kelebihan, kedua hal itu tidak abadi. Cinta ada begitu saja. Inilah alasan terkuat utk mencintai; tidak mengetahui alasannya. Mungkin ini rumus umum, yg cocok utk saya dan belum tentu utk yg lain.

"Andai Allah memasangkan mas ..... (sensor name) dgn abla* apa abla tidak akan mengecewakannya?" Tanya kenalan saya. Jleb. Saya tidak langsung dapat menjawabnya.

Selebor. Julukan teman kantor pd saya. Hingga mereka sempat bersekongkol utk mengumpulkan dan menyembunyikan barang-barang saya yg tertinggal lalu membuat kejutan. Kado yg berisi barang-barang usang saya. Cukupkah selebor menjadi modal mencintai seseorang? Kalau ada yg mengatakan cukup... Selamat, Anda baru saja gila.

Ngamuk-ngamuk. Ngamuk-ngamuk adalah salah satu kelihaian saya. Didikan keluarga saya; mandiri. Saya terbiasa sendiri dari kecil. Melancong Jawa Timur dgn kesendirian. Membiayai kuliah dgn kerja serabutan. Yatim dari usia 8 tahun. Mungkin pengalaman yg telah membawah sadar di pikiran itulah yg membuat saya merasa bangga diandalkan, memastikan semua keadaan aman dan pekerja lapangan. Mana ada suami yg rela diatur-atur istri macam saya? Kecuali beliau membiarkan dan mengijinkan saya utk mengatur keperluan hidupnya, putra-putrinya. Apa ada lelaki baik seperti itu? Selama saya beriman pd Tuhannya Nabi Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad insya Allah ada. Bukankah DIA Penggenggam hati makhlukNya?! Masalahnya, saya tidak tahu persis iman saya padaNya segede apa atau seluas apa? Nah loh! Tolong bacakan QS. al-Ra'du disusul Yasiin supaya bumi tidak merasa terbebani dgn ke-mbaleloan saya.

Saya mau cerita apa ya ini. Oo iya. Saya jatuh cinta. Lelaki hampir 44 tahunlah yg membuat teh hangat tersekat di tenggorokan saya, saat memikirkannya. Pengusaha, pejabat musiman (haji), penghafal al-Quran, beristri dan beranak empat. Saya jatuh cinta padanya, tulisan ini adalah sebagai pengingatnya. Lelaki ini yg memudahkan saya utk memiliki Vablu (Vario Biru), mengumrahkan saya 2011 lalu, memberi pekerjaan saya di trafel Haji dan umrahnya sehingga saya terselamatkan dari kaum pengangguran. Cinta saya bertambah ketika mendengar ulasannya tentang hidup,

"Tin, hidup ini formalitas. Di akhirat cuma ada dua tempat. Neraka dan surga. Surga isinya kesenangan, neraka kesengsaan. Di sana kita tidak mengingat apapun. Kalau toh ada anak yg dapat menyeret orang tuanya ke neraka, itu kasus. Pun demikian jika ada orang tua masuk surga anaknya itu syafa'at. Ikatan apapun di dunia tidak dapat mempertemukan seseorang ke surga atau neraka kecuali ikatan amal."

Lalu saya teringat sebuah ayat, "Orang-orang yang saling jatuh cinta dan perasaan mereka mendalam hingga ke ulu hati nanti di akhirat akan menjadi musuh satu sama lain kecuali orang-orang bertaqwa." Mengingat ayat sambil merapalkan doa semoga saya selalu bisa dekat dgn lelaki ini, membantu bergabung menuju satu titik pusaran; kebaikan. "Namun demikian, hidup harus waspada. Yg penting niat baik selalu dipelihara. Biar Allah yg mengambil alih sisanya dan menunjukkan jalannya." Nasehat lelaki baik ini. Dan beliau adalah mas kandung ketiga saya.

*abla panggilan utk saudara perempuan. Turki punya.

#Curhatan ini masih tidak berjenis kelamin, belum menjelaskan apa itu cinta sesungguhnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar