Minggu, 02 Desember 2012

Hujan

"Tin, gw ngadepin tantangan dua kali lipat dibanding orang lain."
"Maksud kamu apa, cin?"
"Kemarin gw deal-dealan kerjaan. Setelah menejer tahu kalau gw low vision, kerjaan dibatalin."

Percakapanku bersama sahabat, saat matahari siap tenggelam, saat tukang parkir menyapu halaman sebuah bank. Ia rupawan, cabi menggemaskan, cara ia bicara mengesankan laki-laki matang dgn emosi yg stabil, sarjana, aktifis anak jalanan, penyayang.

"Teh, knp musti gw nggak bisa denger dgn jelas sih? Gw pengen lolos presentasi UAS, gw pengen sarjana." Kalimat indah utk modal kenalan sama Tuhan, dr hati adiknya sahabatku.

"Tuhan, adakah laki-laki  baik yg rela menemani malam-malamku? Segera?" Status teman FB-ku (juga jeritan hatiku yg tercabik-cabik sebetulnya). Janda tak beranak, wajah dan suaranya cantik, hatinya? Semoga.

Hah hah hah... tuhan macam apa yg membiarkan sahabat baikku matanya berkaca-kaca sebab low vision yg membuatnya menghadapi tantangan dua kali lipat drpd kebanyakan orang? tuhan macam apa yg tega mengaburkan pendengaran adik sahabatku hingga ia sedih akan kesarjanaannya? tuhan macam apa yg menunda pasangan janda kesepian itu? ah tuhan macam apa...
#memutar lagu 'imagine' nya om John Lennon

Jumat siang, hujan dan tidak menahan laju motorku utk menyusuri jalanan. Harusnya pukul 14.00 aku berada di bus sejuta umat menuju Kp. Rambutan, berganti bus ke Karawang lanjut ke Garut meramaikan pernikahan adik sahabatku. Tapi pukul 14.00 aku masih bersama vablu, telat sejam. Itu alasan aku menembus hujan. Hujan sepanjang jalan, kencang dan berhasil membuatku deg-degan.

Minggu jelang siang. "Abla*, alhamdulillah kemarin kita duduk dan basah kuyup dgn AC dingin aduhai ya eh sekarang kita berdiri hampir dua jam dan kegerahan." Kata sahabatku yg memiliki jiwa pasrah dan hati bersih. Menderita masih sempat ber-hamdalah ria. Hah apa ituuu????!!

Tiba di Jakarta, hujan menyambut kedatangan kami lagi, dan lagi. Aku tak peduli dgn air hitam  menggenang, air yg bercampur dgn pipis laki-laki sembarangan. Mungkin. i don't care! Yg kufokuskan bagaimana menikmati sofa coklat di yayasan sahabatku. Kutembus air kimia itu, berpacu dgn menit dan jam.

"Setibanya kita di yayasan aku janji bakalan menjama' akhir Zuhur dan Ashar biar tidur siangku memanjang." Ucapku dgn alis terpaut dan mencari alasan utk menyambut keringanan musafir jalanan dr Tuhan. Yup sepadan dgn perjuanganku yg berdiri hampir dua jam di bus Karawang-Jakarta dan paginya berthawaf menemani orang tua sahabatku jalan-jalan di pasar pagi, mungkin dua KM. Iya aku yg amat sangat jarang sekali jalan kaki tiba-tiba memasang tampang baik-baik saja di saat kelelahan hampir pingsan. Demi menjaga kebahagiaan orang tua sahabatku. Baik kan aku? Ngomong-ngomong aku tak butuh jawaban.

Tiba di yayasan. Masih hujan. Aku makan sisa gorengan daaan, "Abla*, kunci vablu mana? Abla nggak mau hujan-hujan biarlah vablu kami mandikan." Kulempar begitu saja kunci motor yg kata teman motor seken saking dekilnya, padahal itu motor Pebruari 2012 bersamaku dan baru dr dealer. Aku melamun eh mematung dan memikirkan betapa aku dan mereka bertiga sama-sama tepar tapi rupanya mereka mau menjinakkan hatiku utk menangis bersama hujan sebab keterharuan persaudaraan yg mereka ciptakan. Kalau pas begini aku lupa mendemo Tuhan dan semampuku melaksanakan apa itu kebaikan.

Lalu kusaksikan mereka bertiga meraba tubuh vablu dgn girangnya. Pemandangan itu yg mencabut janji utk mengakhirkan salatku. Seketika aku salat Zuhur sambil mendoakan kebaikan utk mereka. Aku tidak memanfaatkan keringanan Tuhan, malu mengingat betapa aku sering main-main dgn waktu.

Sofa coklat melambai utk kutiduri. Penghuni yayasan paling muda, Lela, sibuk membawa ember dan eh? Hah? Banjir? Di lantai dua? Apalagi iniiih???!! Ini kali kedua air masuk ke kamar tanpa basa-basi, dulu juga tapi kedapatan sebelum air menggenang dgn tanpa rasa bersalah.

Tanpa diminta otomatis aku ikut mengepel, rupanya banjir di lantai dua ini alasan yg membuatku terharu saat mereka memandikan vablu tadi lalu menjadi tindakan kerja bakti yg tak dipaksakan. Dgn bergaya seniman aku mendeklamasikan, "tuhan macam apa yg menghadirkan ujian beruntun dr Jumat hingga Minggu? Siang, siang?" Mereka tertawa melihatku sambil beristighfar.

Iya... Ini bagian akhir kisahku. Aku sangat pandai sekali menulis atau mengungkapkan kalimat umpatan utk mencandai keadilan Tuhan tapi ideku habis utk menjelaskan suasana kebahagiaan, cinta, kasih sayang dan emosi-emosi surgawi. Bahagia itu tindakan toh? Bukan lagi sebuah perencanaan atau bunyi-bunyian kalimat gombal. Jika cinta yg mengepung rasaku biasanya aku melanjutkan dgn tindakan yg dianggap baik oleh umum dan berusaha utk tidak menyusahkan mereka, org kebanyakan itu.

Beberapa hari lalu aku membaca takdir menurut rektor UIN Jakarta, "Banyak dijumpai ayat al-Quran yg bicara ttg takdir berhubungan erat dgn hukum alam yg mengandung kausalitas sebab-akibat. Ada yg kita ketahui dan tidak sanggup kita ketahui penyebabnya."

Singkat kata, ada peristiwa yg jarak sebab dan akibatnya pendek. Contoh tangan tertusuk duri, maka jarak sebab-akibatnya langsung berupa sakit. Kausalitas dr aktifitas dunia hanya akan dijumpai di akhirat nanti, aku termasuk dr mereka yg meremehkan karena akibatnya tidak langsung.

Pak rektor mengingatkan secara tdk langsung dr konsep takdirnya itu, utk berhati-hati dlm memilih keputusan. Beorientasi pd kausalitas akhirat yg cenderung diremehkan. Iya manusia memiliki kebebasan penuh utk melukis takdirnya, apakah akan ia putuskan utk mengeluh saat pailit? Kikir ketika kaya? atau... Mengisi takdir mereka dgn sayap sabar dan syukur? Menghamba pada-Nya dgn rasa cinta dan tak mengharap apa-apa? atau...

Mari kita serahkan pd akal dan hati utk memutuskan, apakah mereka berpihak pd jasad? atau setia pd ruh (sesuatu yg paling Ilahi dr manusia)?... Semoga kita tergolong ke dlm org-org yg diberi nikmat, bukan org yg dimurkai atau disesatkan, amin...

*Abla adalah panggilan utk sodari (perempuan ya) :)

#Menanti Subuh sementara cahaya mata mulai meredup...
"Akalku, hatiku, nunggu salat Subuh tertegakkan ya baru boleh tidur! Ini perintah dr Ning Farrah."

3 komentar:

  1. wuii.. panjang... ahahaha.. semangat yaa ngeblognya.. tapi terlalu berat buat saya T_T belum maqomnya kali ya.. yo wes sing penting semangat nulisnya :D

    BalasHapus
  2. Apakah foto yang ada merupakan bagian dari hujan??

    BalasHapus
  3. @bang Pandi: ahahahah maaf, guru, ak mencuri ilmu menggelandangmu. makany sedikit berani sm Tuhan, ahahahah.
    @berbagi kebaikan: Anda pak Eva kah? heheheh iya foto tsb bagian dr hujan...

    BalasHapus