Jumat, 14 Desember 2012

Garis-garis Takdir

"Terkadang perlu juga meluangkan waktu untuk bercanda."

Kawan, bantu saya utk mereka siapa pemilik kalimat di atas. Jenis manusia serius? Um... Boleh. Penikmat jiwa disiplin? Yep. Pernah mendengar nama Double Decker? Sebuah bus bertingkat warna merah khas milik London. Pemilik kalimat di atas bermimpi sekolah di sana, ya London. Amin.

Menurut ilmu psikologi setiap manusia itu unik kan. Mari meminjam cara pandang psikologi. Kalau tiap manusia unik berarti tidak ada dikotomi manusia istimewa dan tidak istimewa. Mereka memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan itu tidak dapat dijadikan tolok ukur utk merendahkan atau meninggikan satu sama lain.

Semalam saya membunuh waktu dgn pemilik kalimat serem di atas, ia penulis esai tetap Lazuardi Biru, sekolah pak Haidar Bagir kalau saya tidak salah. Perempuan, namanya Alfi. Membaca 100 halaman per hari merupakan takdir tetap yg dipilihnya utk memuasi dahaga keilmuannya. Sebelum berkata-kata ia terkesan manut dan jauh dari garang. Cerdas, 'liar' dan berprinsip, kesan yg saya tangkap usai menyimak isi kepala yg disimbolkannya dlm bahasa.

Laut tenang tak kan melahirkan pelaut hebat. Alfi, telah melalui lautan kedukaan yg wow sekali. Berbutir-butir air jatuh dari matanya, dulu, sebelum ia mensosok seperti sekarang ini. Semester satu, mahasiswi Fisip UIN Syahid Jakarta.

Singkat kata saya dan Alfi dipertemukan Allah melalui pak Indra, seorang berhati lembut yg maskotnya, "Apa yg bisa saya bantu?". Saya percaya kalau Allah mengirimkan seseorang, sepaket juga dgn pengertian 'saya wajib belajar hidup dgn orang tsb'.

Sering saya tergoda utk menyesali apa yg berlalu. Ada rasa sakit di sana. Butiran luruh satu persatu dari mata. Kadang juga mewujud pekikan dalam hati. Lintasan pikiran itu kerap dapat memudarkan impian saya. Sejenak. Lalu mengejar matahari lagi. Hidup memang penuh rintangan dan harus dihadapi dgn ketegaran.

Ada iri menusuk-nusuk di hati jika berjumpa dgn orang sukses. Mengingat diri masih jauh dari kondisi sukses. Iya, sukses memang beragam pengertian, tergantung sudut pandang seseorang. Namun saya diingatkan kembali utk menata akal dan hati. Diingatkan oleh pertemuan-pertemuan situasi serta kondisi sabar dan syukur. Iri tidak menjanjikan apa-apa kecuali kesempitan hati dan pembunuhan diri. Secara pelan-pelan. Kesempatan saya adalah mempelajari apa-apa yg tertinggal bukan mengutuk diri.

Sempurna hanya ada di negeri khayalan. Serapih dan sebaik apapun seseorang mengkonsep impian, akan ada tes untuk menguji keimanan. Keinginanlah yg melahirkan impian. Kalau keinginan merupakan bahan mentah, maka impian sekali-dua lebih matang. Ada perencanaan di sana, menyertakan imajinasi yg dikomunikasikan dgn citra diri.

Belakangan ini saya lumayan kalem, saya curiga ini gara-gara darah yg tidak lagi memuda. Terkalahkan dgn kegagalan-kegagalan. Kadang tidak mudah saya mengurai penyebab dari apa yg menjadi takdir saya sekarang. Menurut emak, orang tua kandung yg tersisa, harusnya saat inilah kesempatan saya utk mempersembahkan menantu unyu-unyunya. Blas, sama sekali saya tidak paham peran saya kok ya masih melajang juga. Sedih? Pastilaaaaah.

Adalah garis-garis takdir berawal dari keinginan meluap-luap. Sebaik-baik keinginan diarahkan kepada dunia rasa dan pikir. Apakah keinginan tsb betul-betul hati yg mendambanya ataukah keinginan orang lain yg memimpinnya. sebaik-baik gerak hati dan pikir adalah perayuan mendekat pada Allah.

Saya ingin membagi resep dari Rasulullah bagaimana seharusnya kita menyingkapi keinginan. Jika keinginan menggebu dan memburu-buru utk dikabulkan bahkan telah melewati proses imajinasi, maka tanyakan pada Allah melalui doa berikut:

"Ya Hayyu ya Qayyuum... Birahmati Ka astaghiitsu, wala takilnii ilaa nafsii tharfata 'ainin wa ashlihlii sya'nii kullah."
Yang artinya, "Wahai yg Mahahidup, Yg Mahategak... Dengan kasihMu aku memohon pertolongan, jangan serahkan keinginanku pada nafsu utk memutuskan, sekejap matapun. Perbaikilah keadaanku keseluruhannya."

Udah dulu yaaa, saya hendak salat Ashar :)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar